Jumat, 25 Oktober 2013



MAKALAH
ANTIDOTUM

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
SISTEM PENCERNAAN I

Disusun Oleh :
1.     Ro’uufun Nisa Haqqu
2.     Rahayu Tri Nuritasari


S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Patria Husada Blitar
2013

KATA PENGANTAR


             Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Makalah Antidotum. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pencernaan I. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memenuhi kriteria penilaian dan bermanfaat bagi pembaca.


Blitar, Oktober 2013


Penyusun        









DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ......................................................................            ...........2
DAFTAR ISI ......................................................................................           3
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................       4
1.1  Latar belakang ...............................................................................          4
1.2  Rumusan Masalah .........................................................................           4
1.3  Tujuan ......................................................................................... .........   4
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................        5
2.1 Anatomi Fisiologi Antidotum .........................................................         5
2.2 Indikasi, Kontra Indikasi, Efek Samping .........................................       7
BAB IV PENUTUP.............................................................................          15      
3.1 Kesimpulan ..................................................................................            15
3.2 Saran ........................................................................................... ........    15 
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................  16











BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Saat ini manusia sering terkena zat-zat toksik baik dari makanan, air dan lingkungan. Di rumah pun bukan berarti tidak berbahaya karena masih ada kemungkinan keracunan insektisida maupun herbisida. Tergantung dari sifat yang dimiliki oleh zat toksik tersebut, sehingga bisa terserap melalui lambung, usus, paru-paru dan atau kulit.
Untungnya, hati (liver) memiliki kemampuan mendetoksifikasi zat-zat toksik tersebut sehingga dapat dikeluarkan melalui urine, empedu dan udara. Namun, apabila kecepatan penyerapan melebihi kecepatan ekskresinya, zat toksik itu akan menumpuk dalam konsentrasi kritis dan mengakibatkan munculnya efek toksik dari zat tersebut. Zat-zat tosik seperti sulfida, arsenik, logam berat dapat masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan efek keracunan.
Kondisi suatu obat dapat menimbulkan keracunan bila digunakan melebihi dosis amannya. Selain itu, perbedaan metabolisme tubuh setiap orang terhadap dosis obat juga mempengaruhi. Dalam hal ini, obat tidak akan menyembuhkan melainkan berbahaya. Umumnya akan timbul efek sampingnya.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana anatomi fisiologi antidotum?
2.      Apa sajakah indikasi dari antidotum?
3.      Apa sajakah kontra indikasi antidotum?
4.      Bagaimana cara kerja antidotum?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui anatomi fisiologi antidotum
2.      Menegtahui indikasi dari antidotum
3.      Mengetahui kontra indikasi antidotum
4.      Mengetahui cara kerja antidotum






















BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Anatomi Fisiologi Antidotum
Antidot adalah sebuah substansi yang dapat melawan reaksi peracunan. Antidotum adalah penawar racun, sedangkan antitoksik adalah penawar terhadap zat yang beracun (toksik) terhadap tubuh.
Keracunan sendiri adalah masuknya zat ke dalam  tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian. Semua zat dapat menjadi racun bila diberikan dalam dosis yang tidak seharusnya. Berbeda dengan alergi, keracunan memiliki gejala yang bervariasi dan harus ditindaki dengan cepat dan tepat karena penanganan yang kurang tepat tidak menutup kemungkinan hanya akan memperparah keracunan yang dialami penderita. Dalam arti sempit, antidotum adalah senyawa yang mengurangi atau menghilangkan toksisitas senyawa yang diabsorpsi.
Antidotum lebih difokuskan terhadap over dosis atau dosis toksik dari suatu obat. Kondisi suatu obat dapat menimbulkan keracunan bila digunakan melebihi dosis amannya. Selain itu, perbedaan metabolisme tubuh setiap orang terhadap dosis obat juga mempengaruhi. Obat dapat menjadi racun bila dikonsumsi dalam dosis berlebihan. Dalam hal ini, obat tidak akan menyembuhkan melainkan berbahaya. Umumnya akan timbul efek sampingnya. Praktisi kesehatan seperti dokter dan apoteker harus berhati-hati dalam memilih dosis obat yang sesuai dengan kondisi penderita. Obat yang sama dapat diberikan dalam dosis yang berbeda kepada bayi, anak-anak, dewasa dan usia lanjut. Hal ini disebabkan perbedaan kesempurnaan pembentukan organ-organ tubuh terutama hati
Pengobatan terhadap keracunan obat yang umum untuk keracunan yang terjadi kurang dari 24 jam yaitu dengan membilas lambung bila obat baru ditelan, memuntahkan obat sampai tindakan khusus untuk mempercepat pengeluaran obat dari tubuh. Setelah bilas lambung, karbon aktif dan suatu pencahar perlu diberikan.
Pada keracunan yang parah dibutuhkan antidotum yang memang terbukti menolong terhadap efek keracunan obat tertentu, misal asam Folinat untuk keracunan metotrexat.
Nalokson, atropin, chelating agent, natrium tiosulfat, metilen biru merupakan antidotum spesifik yang sangat ampuh dan sering menimbulkan reaksi pengobatan yang dramatis. Namun, sebagian terbesar kasus keracunan harus dipuaskan dengan pengobatan gejalanya saja, dan inipun hanya untuk menjaga fungsi vital tubuh, yaitu pernafasan dan sirkulasi darah.
Racun akan didetoksikasi oleh hepar secara alamiah dan racun atau metabolitnya akan diekskresi melalui ginjal dan hati. Selama keracunan hanya perlu dipertahankan pernapasan dan sistem kardiovaskuler (fungsi vital).
Antidot untuk beberapa racun didapat dengan cara menyuntikkan racun ke badan binatang dalam dosis kecil, lalu mengekstraknya kembali dari darah binatang tersebut. Ini mengeluarkan terjadinya sebuah antidot yang dapat melawan racun yang diproduksi oleh binatang-binatang seperti ular, laba-laba, dan binatang beracun lainnya. Beberapa racun tidak ada antidotnya, dan ini kadang menimbulkan kematian apabila racun tersebut memasuki tubuh makhluk hidup lainnya. Beberapa racun dari binatang, khususnya yang diproduksi oleh arthropoda (seperti laba-laba atau kalajengking) hanya berbahaya ketika mereka membuat reaksi alergik dan menyebabkan shok anapilaktik.
Beberapa racun lainnya tidak memiliki antidot. Contohnya adalah racun risin, yang diproduksi dari limbah minyak goreng, dan akibatnya kadang fatal ketika memasuki tubuh manusia dalam jumlah yang cukup.

2.2 Indikasi, Kontra Indikasi, Efek Samping
Leucovirin
Kalbe Farma
Komposisi
Leucovorin Ca
Indikasi
Overdosis asam Folat, anemia megaloblastik
Kontra Indikasi
Anemia pernisiosa dan anemia megaloblastik lainnya dimana terdapat defisiensi vit B12.
Efek Samping
Sensitisasi alergi
Peringatan & Perhatian
Tumor yang tergantung oleh folat
Interaksi Obat
-
Dosis
OD antagonis as.folat Maks IV 75mg selama 12 jam, kemudian 12mg IM selama 6 jam utk 4dosis. Dosis scr umu ≥ dosis antagonis. Anemia megaloblastik 1mg/hr IM.




Nalokson (Nokoba)
Fahrenheit
Komposisi
Naloxone HCl.
Indikasi
Pemulihan total atau sebagian dari depresi opiate dan overdosis opiate akut, termasuk depresi opiate akut, termasuk depresi pernapasan, yang diinduksi oleh opiate alami dan sintetik, termasuk propoksifen, methadone dan analgesic campuran agonis-antagonis:nalbufin, pentasozin, butorfanol.
Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap nalokson hidroklorida
Efek Samping
Hipotensi, hipertensi, takikardi dan fibrilasi ventricular, dispnea, edema paru, hentil jantung, kematian, koma dan ensenfalopati pada penggunaan pasca operasi.
Peringatan & Perhatian
Individu, termasuk bayi dari ibu yang diketahui atau diduga menderita ketergantungan opiate. Dapat menimbulkan sindroma putus obat akut. Hindari tindakan penghentian terapi pemulihan depresi opiate secara mendadak pasca operasi.
Interaksi Obat
Bisulfit, Metabisulfit, Anion rantai panjang atau dengan berat molekul tinggi, larutan dengan pH basa.
Dosis
Dewasa diduga/diketahui OD Opiat: 0.4-2mg i.v, dapat diulang dengan interval 2-3menit. Jika tidak ada respon sesudah pemberian 10mg, diagnose toksisitas yang diinduksi narkotik harus dipertimbangkan. Dapat diberikan secara IM atau SK jika rute IV tdk dapat dilakukan.
Mekanisme Kerja Obaat
Nalokson adalah antagonis opiat yang utama yang tidak mempunyai atau hanya sedikit mempunyai aktivitas agonis. Jika diberikan pada pasien yang tidak menerima opiat dalam waktu dekat, nalokson hanya memberi sedikit atau bahkan tidak memberikan efek. Sedangkan pada pasien yang sudah menerima morfin dosis tinggi atau analgesik lain dengan efek mirip morfin, nalokson mengantagonis sebagian besar efek opiatnya. Akan terjadi peningkatan kecepatan respirasi dan minute volume, penurunan arterial PCO2 menuju normal, dan tekanan darah menuju normal jika ditekan. Nalokson mengantagonis depresi pernapasan ringan akibat opiat dosis rendah. Karena durasi kerja nalokson lebih singkat dibandingkan durasi kerja opiat, maka efek opiat mungkin muncul kembali begitu efek nalokson menghilang. Nalokson mengantagonis efek sedasi atau tertidur yang dipicu oleh opiat. Nalokson tidak mengakibatkan toleransi atau ketergantungan fisik maupun psikologis.

Asam Folinat (Calciumlevofolinat Ebewe)
Ferron/Ebewe
Komposisi
Folinic acid
Indikasi
Antidotum untuk methotrexate. Kompensasi trhdp aksi antagonis asam folat pd  obat sitostatik. Utk terapi kombinasi dengan obat sitistatik lain seperti 5-fluorouracil pada tumor GI dan tumor kepala dan leher.
Kontra Indikasi
Anemia pernisiosa atau anemia lain karena defisiensi vit B12.
Efek Samping
Reaksi alergi (jarang). Gangguan GI pd dosis tinggi. Remisi hematologi dengan progresi gangguan neurologik.
Peringatan & Perhatian
Kehamilan laktasi
Interaksi Obat
Trimetropim, kitrimeksasol, fluorourasi.
Dosis
Pemberian via inj IV atau infuse IV. Antidotum thp metotreksat Dosis tergantung individu. Kombinasi dgn 5-fluorourasil 100mg/m2 IV.

ANTIDOTUM SPESIFIK
(Jenis, indikasi, cara kerja, dan dosis)
No
Antidotum
Indikasi
Cara Kerja
Dosis
1.
Aluminium silikat bentonit
Keracunan paraquat, diquat
Memblok absorpsi lewat usus
250 ml suspensi 30% tiap jam untuk 24-48 jam (selalu diberikan bersama MgS)
2.
Atropin
Keracunan obat/bahan dengan efek muskarinik
Memblok reseptor muskarinik
1,2-2,4 mg ulangi tiap 5-10 menit sampai tampak tanda atropinisasi (mulut kering, pulsus >70x/menit)
3.
Kalsium glukonat 50% i.v
Keracunan fluorida
Mengikat ion Fe yang timbul
2,5% gel untuk luka bakar kulit, 10% injeksi pelan 10 ml
hiperkalemia
Mengurangi paralisis otot lurik karena K+ naik
10-20 g dalam 25 ml air diikuti 10 ml larutan 10%
hipermagnesemia
idem
idem
Keracunan oksalat
Menghilangkan hipokalsemia
idem
4.
Dekstrosa
Keracunan insulin, OAD
Meningkatkan ladar gula darah
50 ml larut
5.
Dicobalt edetate
Keracunan sianida atau derivatnya
Mengikat sianida menjadi cobaltisoanid atau cobaltosianid
600 mg i.v kemudian 300 mg lagi jika respon belum tampak
6.
Dimercaprol
Keracunan As, Cu, Pb, atau Hg
Kelasi logam
2,5-5 mg/kg i.v tiap 4 jam untuk 2 hari kemudian 2,5 mg 2x/hari dan diteruskan 1x/hari
7.
Etanol
Keracunan etilenglikol dan methanol (derivatnya)
Inhibisi metabolisme methanol menjadi formaldehid dan asa format yang toksik
50 mg oral atau i.v kemudian 10-12 g/jam lewat infuse
8.
Asam folanat
Keracunan antagonis asam folat (missal trimetoprim, metotreksat, dan pirimetamin)
Menerobos blockade metabolisme asam folat
Keracunan metotreksat 60 mg 2x/hari i.v diikuti 15 mg/6 jam per oral sampai 5 hari
Keracunan trimetoprim 3-6 mg i.v kemudian 15 mg/hari per oral sampai 5-7 hari
9.
Metionin
Keracunan parasetamol
Mengembalikan cadangan glutation, mencegah kerusakan hati dan ginjal
2,5 mg per oral kemudian diikuti 2,5 mg tiap 4 jam untuk 3 dosis (10 g dalam 12 jam)
10.
Methylen blue
Keracunan bahan-bahan penyebab methemoglobinemia (cresol, dapson, nitrat, femol, primakuin)
Memacu konversi metHb menjadi Hb
1-2 mg/kg atau 0,1 ml larutan 1%/kg i.v pelan infuse pada penderita kekurangan G6PD,  tambahkan vit C 1 g i.v pelan atau 200 mg oral 3x/hari untuk mencegah hemolisis karena methylen blue
11.
Nalokson
Meracunan narkotika (opioid)
Inhibisi kompetitif pada reseptor
0,4-2,4 mg i.v ulangi tiap 2-3 menit sehingga total menjadi 10 mg, diberikan bersama infuse
12.
Natrium bikarbonat (Bic Nat)
Membuat urin lebih alkalis untuk mencegah presipitasi Kristal sulfonamide dalam tubulus renalis dan mengoreksi asidosis metabolic
Meningkatkan ekskresi ion karbonat
Tergantung pada pH urin yang harus terus dimonitor
13.
NaK-edetate (CaEDTA)
Keracunan Pb
Kelasi
50-75 mg/kg i.v infuse tiap 5 jam untuk 5 hari (tiap 2 g EDTA diencerkan dalam 200 ml RL)
14.
Na-Nitrit
Keracunan sianida dan derivatnya atau hydrogen sulfide
Membentuk metHb yang mempunyai afinitas tinggi terhadap ion CN- dan HS- sehingga terbentuk sianometHb dan sulfurmetHb
10 ml larutan 3% i.v dalam 3 menit kemudian diberi 25 ml larutan 50% Na-tiosulfat dalam 10 menit
15.
Na-tiosulfat
Keracunan sianida dan derivatnya
Meningkatkan cadangan tiosulfat tubuh yang penting untuk mengubah CN- menjadi tiosianat
25 ml larutan 50% i.v dalam 10 menit kemudian 10 ml larutan 3% Na-nitrit i.v selama 3 menit


















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
§  Antidot adalah sebuah substansi yang dapat melawan reaksi peracunan. Antidotum adalah penawar racun. Antidotum lebih difokuskan terhadap over dosis atau dosis toksik dari suatu obat.
§  Nama Generik :
Leucovorin
Nama Dagang :
a. Nalokson (Nokoba)
b. Atropin (Aludonna D)
c. Asam Folinat (Calciumlevofolinat Ebewe)

3.2 Saran
      Untuk pemilihan dan penggunaan antidotum dan zat antitoksik yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter dan melakukan terapi pengobatan pada apoteker sebagai ahli kesehatan dalam pengobatan, untuk mendapatkan informasi obat dan penjelasannya.









DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar