MAKALAH
ANTIDOTUM
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
SISTEM PENCERNAAN I
Disusun Oleh :
1. Ro’uufun
Nisa Haqqu
2. Rahayu
Tri Nuritasari
S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Patria
Husada Blitar
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke
hadirat Allah, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul Makalah Antidotum.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pencernaan I. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
memenuhi kriteria penilaian dan bermanfaat bagi pembaca.
Blitar, Oktober 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
...................................................................... ...........2
DAFTAR ISI ...................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
..................................................................... 4
1.1 Latar
belakang ............................................................................... 4
1.2 Rumusan
Masalah
......................................................................... 4
1.3 Tujuan
......................................................................................... ......... 4
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 5
2.1 Anatomi Fisiologi Antidotum
......................................................... 5
2.2 Indikasi, Kontra Indikasi, Efek
Samping ......................................... 7
BAB IV PENUTUP............................................................................. 15
3.1 Kesimpulan
.................................................................................. 15
3.2 Saran
........................................................................................... ........ 15
DAFTAR PUSTAKA
................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Saat ini manusia sering terkena
zat-zat toksik baik dari makanan, air dan lingkungan. Di rumah pun bukan
berarti tidak berbahaya karena masih ada kemungkinan keracunan insektisida
maupun herbisida. Tergantung dari sifat yang dimiliki oleh zat toksik tersebut,
sehingga bisa terserap melalui lambung, usus, paru-paru dan atau kulit.
Untungnya, hati (liver) memiliki
kemampuan mendetoksifikasi zat-zat toksik tersebut sehingga dapat dikeluarkan
melalui urine, empedu dan udara. Namun, apabila kecepatan penyerapan melebihi
kecepatan ekskresinya, zat toksik itu akan menumpuk dalam konsentrasi kritis
dan mengakibatkan munculnya efek toksik dari zat tersebut. Zat-zat tosik
seperti sulfida, arsenik, logam berat dapat masuk ke dalam tubuh dan
menyebabkan efek keracunan.
Kondisi suatu obat dapat menimbulkan
keracunan bila digunakan melebihi dosis amannya. Selain itu, perbedaan
metabolisme tubuh setiap orang terhadap dosis obat juga mempengaruhi. Dalam hal
ini, obat tidak akan menyembuhkan melainkan berbahaya. Umumnya akan timbul efek
sampingnya.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
anatomi fisiologi antidotum?
2. Apa
sajakah indikasi dari antidotum?
3. Apa
sajakah kontra indikasi antidotum?
4. Bagaimana
cara kerja antidotum?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui
anatomi fisiologi antidotum
2. Menegtahui
indikasi dari antidotum
3. Mengetahui
kontra indikasi antidotum
4. Mengetahui
cara kerja antidotum
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Anatomi Fisiologi Antidotum
Antidot adalah sebuah substansi yang dapat melawan reaksi
peracunan. Antidotum adalah penawar racun, sedangkan antitoksik adalah penawar
terhadap zat yang beracun (toksik) terhadap tubuh.
Keracunan sendiri adalah masuknya zat ke dalam tubuh
yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Semua zat dapat menjadi racun bila diberikan dalam dosis yang tidak seharusnya.
Berbeda dengan alergi, keracunan memiliki gejala yang bervariasi dan harus
ditindaki dengan cepat dan tepat karena penanganan yang kurang tepat tidak
menutup kemungkinan hanya akan memperparah keracunan yang dialami penderita. Dalam arti sempit, antidotum
adalah senyawa yang mengurangi atau menghilangkan toksisitas senyawa yang
diabsorpsi.
Antidotum lebih difokuskan terhadap over dosis atau dosis
toksik dari suatu obat. Kondisi suatu obat dapat menimbulkan keracunan bila
digunakan melebihi dosis amannya. Selain itu, perbedaan metabolisme tubuh setiap
orang terhadap dosis obat juga mempengaruhi. Obat dapat menjadi racun bila
dikonsumsi dalam dosis berlebihan. Dalam hal ini, obat tidak akan menyembuhkan
melainkan berbahaya. Umumnya akan timbul efek sampingnya. Praktisi kesehatan
seperti dokter dan apoteker harus berhati-hati dalam memilih dosis obat yang
sesuai dengan kondisi penderita. Obat yang sama dapat diberikan dalam dosis
yang berbeda kepada bayi, anak-anak, dewasa dan usia lanjut. Hal ini disebabkan
perbedaan kesempurnaan pembentukan organ-organ tubuh terutama hati
Pengobatan terhadap keracunan obat yang umum untuk keracunan
yang terjadi kurang dari 24 jam yaitu dengan membilas lambung bila obat baru
ditelan, memuntahkan obat sampai tindakan khusus untuk mempercepat pengeluaran
obat dari tubuh. Setelah bilas lambung, karbon aktif dan suatu pencahar perlu
diberikan.
Pada keracunan yang parah dibutuhkan antidotum yang memang
terbukti menolong terhadap efek keracunan obat tertentu, misal asam Folinat
untuk keracunan metotrexat.
Nalokson, atropin, chelating agent, natrium tiosulfat,
metilen biru merupakan antidotum spesifik yang sangat ampuh dan sering
menimbulkan reaksi pengobatan yang dramatis. Namun, sebagian terbesar kasus
keracunan harus dipuaskan dengan pengobatan gejalanya saja, dan inipun hanya
untuk menjaga fungsi vital tubuh, yaitu pernafasan dan sirkulasi darah.
Racun akan didetoksikasi oleh hepar secara alamiah dan racun
atau metabolitnya akan diekskresi melalui ginjal dan hati. Selama keracunan
hanya perlu dipertahankan pernapasan dan sistem kardiovaskuler (fungsi vital).
Antidot untuk beberapa racun didapat dengan cara menyuntikkan
racun ke badan binatang dalam dosis kecil, lalu mengekstraknya kembali dari
darah binatang tersebut. Ini mengeluarkan terjadinya sebuah antidot yang dapat
melawan racun yang diproduksi oleh binatang-binatang seperti ular, laba-laba, dan binatang beracun lainnya. Beberapa racun tidak ada
antidotnya, dan ini kadang menimbulkan kematian apabila racun tersebut memasuki
tubuh makhluk hidup lainnya. Beberapa racun dari binatang, khususnya yang
diproduksi oleh arthropoda (seperti laba-laba atau kalajengking) hanya berbahaya ketika mereka membuat reaksi alergik dan
menyebabkan shok
anapilaktik.
Beberapa racun lainnya tidak memiliki antidot. Contohnya
adalah racun risin, yang diproduksi dari limbah minyak goreng, dan akibatnya
kadang fatal ketika memasuki tubuh manusia dalam jumlah yang cukup.
2.2 Indikasi, Kontra Indikasi, Efek
Samping
Leucovirin
Kalbe Farma
Komposisi
|
Leucovorin Ca
|
Indikasi
|
Overdosis asam Folat, anemia megaloblastik
|
Kontra Indikasi
|
Anemia pernisiosa dan anemia megaloblastik lainnya
dimana terdapat defisiensi vit B12.
|
Efek Samping
|
Sensitisasi alergi
|
Peringatan
& Perhatian
|
Tumor yang tergantung oleh folat
|
Interaksi Obat
|
-
|
Dosis
|
OD antagonis as.folat Maks IV 75mg selama 12 jam,
kemudian 12mg IM selama 6 jam utk 4dosis. Dosis scr umu ≥ dosis antagonis.
Anemia megaloblastik 1mg/hr IM.
|
Nalokson
(Nokoba)
Fahrenheit
Komposisi
|
Naloxone HCl.
|
Indikasi
|
Pemulihan total atau sebagian dari depresi opiate dan
overdosis opiate akut, termasuk depresi opiate akut, termasuk depresi
pernapasan, yang diinduksi oleh opiate alami dan sintetik, termasuk
propoksifen, methadone dan analgesic campuran agonis-antagonis:nalbufin,
pentasozin, butorfanol.
|
Kontra Indikasi
|
Hipersensitif terhadap nalokson hidroklorida
|
Efek Samping
|
Hipotensi, hipertensi, takikardi dan fibrilasi
ventricular, dispnea, edema paru, hentil jantung, kematian, koma dan
ensenfalopati pada penggunaan pasca operasi.
|
Peringatan
& Perhatian
|
Individu, termasuk bayi dari ibu yang diketahui atau
diduga menderita ketergantungan opiate. Dapat menimbulkan sindroma putus obat
akut. Hindari tindakan penghentian terapi pemulihan depresi opiate secara
mendadak pasca operasi.
|
Interaksi Obat
|
Bisulfit, Metabisulfit, Anion rantai panjang atau dengan
berat molekul tinggi, larutan dengan pH basa.
|
Dosis
|
Dewasa diduga/diketahui OD Opiat: 0.4-2mg i.v, dapat
diulang dengan interval 2-3menit. Jika tidak ada respon sesudah pemberian
10mg, diagnose toksisitas yang diinduksi narkotik harus dipertimbangkan.
Dapat diberikan secara IM atau SK jika rute IV tdk dapat dilakukan.
|
Mekanisme Kerja Obaat
|
Nalokson adalah antagonis opiat yang utama yang tidak
mempunyai atau hanya sedikit mempunyai aktivitas agonis. Jika diberikan pada
pasien yang tidak menerima opiat dalam waktu dekat, nalokson hanya memberi
sedikit atau bahkan tidak memberikan efek. Sedangkan pada pasien yang sudah
menerima morfin dosis tinggi atau analgesik lain dengan efek mirip morfin,
nalokson mengantagonis sebagian besar efek opiatnya. Akan terjadi peningkatan
kecepatan respirasi dan minute volume, penurunan arterial PCO2 menuju normal,
dan tekanan darah menuju normal jika ditekan. Nalokson mengantagonis depresi
pernapasan ringan akibat opiat dosis rendah. Karena durasi kerja nalokson
lebih singkat dibandingkan durasi kerja opiat, maka efek opiat mungkin muncul
kembali begitu efek nalokson menghilang. Nalokson mengantagonis efek sedasi
atau tertidur yang dipicu oleh opiat. Nalokson tidak mengakibatkan toleransi
atau ketergantungan fisik maupun psikologis.
|
Asam Folinat (Calciumlevofolinat
Ebewe)
Ferron/Ebewe
Komposisi
|
Folinic acid
|
Indikasi
|
Antidotum untuk methotrexate. Kompensasi trhdp aksi
antagonis asam folat pd obat sitostatik. Utk terapi kombinasi dengan
obat sitistatik lain seperti 5-fluorouracil pada tumor GI dan tumor kepala
dan leher.
|
Kontra Indikasi
|
Anemia pernisiosa atau anemia lain karena defisiensi vit
B12.
|
Efek Samping
|
Reaksi alergi (jarang). Gangguan GI pd dosis tinggi.
Remisi hematologi dengan progresi gangguan neurologik.
|
Peringatan
& Perhatian
|
Kehamilan laktasi
|
Interaksi Obat
|
Trimetropim, kitrimeksasol, fluorourasi.
|
Dosis
|
Pemberian via inj IV atau infuse IV. Antidotum thp
metotreksat Dosis tergantung individu. Kombinasi dgn 5-fluorourasil 100mg/m2
IV.
|
ANTIDOTUM
SPESIFIK
(Jenis,
indikasi, cara kerja, dan dosis)
No
|
Antidotum
|
Indikasi
|
Cara Kerja
|
Dosis
|
1.
|
Aluminium silikat bentonit
|
Keracunan paraquat, diquat
|
Memblok absorpsi lewat usus
|
250 ml suspensi 30% tiap jam untuk
24-48 jam (selalu diberikan bersama MgS)
|
2.
|
Atropin
|
Keracunan obat/bahan dengan efek
muskarinik
|
Memblok reseptor muskarinik
|
1,2-2,4 mg ulangi tiap 5-10 menit
sampai tampak tanda atropinisasi (mulut kering, pulsus >70x/menit)
|
3.
|
Kalsium glukonat 50% i.v
|
Keracunan fluorida
|
Mengikat ion Fe yang timbul
|
2,5% gel untuk luka bakar kulit, 10%
injeksi pelan 10 ml
|
hiperkalemia
|
Mengurangi paralisis otot lurik karena
K+ naik
|
10-20 g dalam 25 ml air diikuti 10 ml
larutan 10%
|
||
hipermagnesemia
|
idem
|
idem
|
||
Keracunan oksalat
|
Menghilangkan hipokalsemia
|
idem
|
||
4.
|
Dekstrosa
|
Keracunan insulin, OAD
|
Meningkatkan ladar gula darah
|
50 ml larut
|
5.
|
Dicobalt edetate
|
Keracunan sianida atau derivatnya
|
Mengikat sianida menjadi cobaltisoanid
atau cobaltosianid
|
600 mg i.v kemudian 300 mg lagi jika
respon belum tampak
|
6.
|
Dimercaprol
|
Keracunan As, Cu, Pb, atau Hg
|
Kelasi logam
|
2,5-5 mg/kg i.v tiap 4 jam untuk 2
hari kemudian 2,5 mg 2x/hari dan diteruskan 1x/hari
|
7.
|
Etanol
|
Keracunan etilenglikol dan methanol
(derivatnya)
|
Inhibisi metabolisme methanol menjadi
formaldehid dan asa format yang toksik
|
50 mg oral atau i.v kemudian 10-12
g/jam lewat infuse
|
8.
|
Asam folanat
|
Keracunan antagonis asam folat (missal
trimetoprim, metotreksat, dan pirimetamin)
|
Menerobos blockade metabolisme asam
folat
|
Keracunan metotreksat 60 mg 2x/hari
i.v diikuti 15 mg/6 jam per oral sampai 5 hari
Keracunan trimetoprim 3-6 mg i.v
kemudian 15 mg/hari per oral sampai 5-7 hari
|
9.
|
Metionin
|
Keracunan parasetamol
|
Mengembalikan cadangan glutation,
mencegah kerusakan hati dan ginjal
|
2,5 mg per oral kemudian diikuti 2,5
mg tiap 4 jam untuk 3 dosis (10 g dalam 12 jam)
|
10.
|
Methylen blue
|
Keracunan bahan-bahan penyebab
methemoglobinemia (cresol, dapson, nitrat, femol, primakuin)
|
Memacu konversi metHb menjadi Hb
|
1-2 mg/kg atau 0,1 ml larutan 1%/kg i.v
pelan infuse pada penderita kekurangan G6PD,
tambahkan vit C 1 g i.v pelan atau 200 mg oral 3x/hari untuk mencegah
hemolisis karena methylen blue
|
11.
|
Nalokson
|
Meracunan narkotika (opioid)
|
Inhibisi kompetitif pada reseptor
|
0,4-2,4 mg i.v ulangi tiap 2-3 menit
sehingga total menjadi 10 mg, diberikan bersama infuse
|
12.
|
Natrium bikarbonat (Bic Nat)
|
Membuat urin lebih alkalis untuk
mencegah presipitasi Kristal sulfonamide dalam tubulus renalis dan mengoreksi
asidosis metabolic
|
Meningkatkan ekskresi ion karbonat
|
Tergantung pada pH urin yang harus
terus dimonitor
|
13.
|
NaK-edetate (CaEDTA)
|
Keracunan Pb
|
Kelasi
|
50-75 mg/kg i.v infuse tiap 5 jam
untuk 5 hari (tiap 2 g EDTA diencerkan dalam 200 ml RL)
|
14.
|
Na-Nitrit
|
Keracunan sianida dan derivatnya atau hydrogen
sulfide
|
Membentuk metHb yang mempunyai
afinitas tinggi terhadap ion CN- dan HS- sehingga terbentuk sianometHb dan
sulfurmetHb
|
10 ml larutan 3% i.v dalam 3 menit
kemudian diberi 25 ml larutan 50% Na-tiosulfat dalam 10 menit
|
15.
|
Na-tiosulfat
|
Keracunan sianida dan derivatnya
|
Meningkatkan cadangan tiosulfat tubuh
yang penting untuk mengubah CN- menjadi tiosianat
|
25 ml larutan 50% i.v dalam 10 menit
kemudian 10 ml larutan 3% Na-nitrit i.v selama 3 menit
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
§ Antidot adalah sebuah substansi yang
dapat melawan reaksi peracunan. Antidotum adalah penawar racun.
Antidotum lebih difokuskan terhadap
over dosis atau dosis toksik dari suatu obat.
§
Nama Generik :
Leucovorin
Nama Dagang
:
a. Nalokson
(Nokoba)
b. Atropin
(Aludonna D)
c. Asam
Folinat (Calciumlevofolinat Ebewe)
3.2 Saran
Untuk pemilihan dan penggunaan antidotum dan zat antitoksik yang tepat ada
baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter dan melakukan
terapi pengobatan pada apoteker sebagai ahli kesehatan dalam pengobatan, untuk
mendapatkan informasi obat dan penjelasannya.
DAFTAR PUSTAKA